Go Blog Facebook Follow me on Twitter yahoo

manfaat curhat ??? benarkah ???

in Cathegories :

Tidak sedikit dari orang-orang di sekeliling kita yang menyukai curhat. Mereka curhat kepada istri atau suami, teman kantor, sahabat, teman chatting, kepada orang tua, kepada adik atau kakak, kepada kakek atau nenek, dan mungkin kepada anak-anaknya. Apa yang dicurhatkan pun berupa-rupa isinya. Tapi, kebanyakan isi curhat itu adalah masalah yang tergolong rahasia. Orang yang menceritakan itu biasanya tidak ingin apa yang dia curhat-kan, diketahui oleh banyak orang.

Mereka yang biasa curhat boleh jadi telah mengetahui manfaat dari aktifitas tersebut. Karena, kalau curhat itu tidak ada manfaatnya, tidak mungkin banyak orang melakukan itu. Manfaat curhat misalnya, seseorang tidak hanya merasa lebih ringan dalam menghadapi masalahnya karena ada seseorang untuk berbagi, tapi ia juga dapat menemukan jalan keluar dari masalahnya itu.

Nabi Muhammad pun curhat kepada sang istri, Khadijah, misalnya pada saat beliau pertama kali menerima wahyu dari Allah di Gua Hira. Turunnya wahyu pertama sangat memengaruhi fisik dan juga psikis Nabi. Diriwayatkan bahwa tubuh Nabi gemetar dan menggigil, sehingga saat beliau pulang ke rumah pun ia dalam keadaan goncang dan meminta agar Khadjah menyelimutinya. Kepada Khadijah, Rasulullah berkata, "Aku merasa amat takut melihat sesuatu yang belum pernah kulihat dan tak pernah kubayangkan." Khadijah kemudian berkata, "bergembiralah, Allah tak akan menghinakan engkau."

Lebih jauh, Khadijah berusaha menghibur dan menenangkan hati beliau dengan memuji sifat-sifat dan akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah. Antara lain Khadijah mengatakan, "engkau tidak usah cemas karena engkau orang baik, engkau selalu berkata dengan ketulusan, orang yang sedang kesusahan selalu engkau tolong, bila datang tamu engkau selalu menghormatinya, engkau selalu berpihak kepada kebenaran, bila seseorang ditimpa bencana engkau selalu menolongnya."

Dalam kisah di atas, saya melihat bahwa Rasulullah tidak hanya curhat kepada Khadijah sebagai istrinya, tapi juga sebagai seseorang yang beliau percayai dengan sepenuh hati dan jiwanya. Jadi, sebaiknya kitapun curhat, menumpahkan isi hati kita, yang sebagian di antaranya mungkin rahasia, hanya kepada orang yang benar-benar kita percayai. Sedikit mungkin orang yang tahu rahasia kita, insya Allah, itu lebih baik.

Pada hari-hari tertentu, saya memilih untuk tidak curhat bukan karena saya tidak memercayai seseorang, tapi karena masalah yang saya hadapi saat itu hanya menyangkut diri saya sendiri. Satu lagi, saya kadang menolak curhat karena takut membicarakan orang lain. Kalau sedang menceritakan suatu persoalan, saya sering ditanya" siapa yang begini?" atau "siapa yang begitu?", saya cuma jawab, "ada laah.."

Dahulu, saat curhat dengan Rasulullah menceritakan masalah peribadi mereka, para sahabat seringkali menyamarkan subjek/pelakunya. Dalam hal-hal tertentu, mereka cuma menyebut si anu atau si fulan tanpa menyebut identitas asli orang yang sedang diceritakan. Padahal, tidak jarang "si anu" atau "si fulan" yang sedang dibicarakan dengan Rasulullah sebenarnya adalah orang itu sendiri.

kutipan tersebut diambil dari sumber http://amriehakim.blogspot.com

tapi bagi q semua itu tergantung kapasitas masing2 manusianya itu sendiri....
dan mang terbukti di banyak kisah bahwa curhat bisa menjadi salah satu pelega nafas...selalin "fix" tentunya.....hehehe....

semoga bermanfaat bagi kawand2...

0 komentar:

Posting Komentar